Disable Preloader

Berita

Oleh : Rinawati, S.Pd.

 

PENDAHULUAN

Penghasilan orang tua mempengaruhi motivasi belajar konseli yaitu salah satunya hasil belajar yang berasal dari dalam diri peserta terutama bagi konseli yang keadaan ekonomi orangtuanya rendah. Terkadang orangtua yang keadaan ekonominya rendah beranggapan bahwa sekolah bagi anaknya hanya agar anaknya bisa membaca dan menulis sehingga tidak perlu anaknya pintar dan menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi karena nanti anaknya hanya akan meneruskan pekerjaan orangtuanya (Setya Ayu (2015).

Berdasarkan informasi yang didapat, konseli tidak sekolah selama hampir 1,5 bulan dikarenakan bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Konseli tinggal dengan kakek/nenek, orangtua sudah bercerai dan menikah lagi. Dalam kehidupan sehari-hari konseli tidak ada yang membiayai. Orangtua sudah tidak peduli dengan dirinya. Konseli merasa tertekan dengan keadaan yang konseli rasakan.  Konseli memilih bekerja daripada sekolah. Kesibukan mencari uang akhirnya menyebabkan kelelahan pada diri mereka baik secara fisik maupun psikis. Selain itu konseli yang keadaan ekonomi orangtua rendah, sekolah hanya dijadikan sebagai rutinitas dan malas belajar baik di sekolah maupun di rumah.

Layanan konseling individu pendekatan Cognitif Behavior Therapy teknik Developing Balanced Thinking dirasa lebih tepat untuk membantu konseli menyelesaikan permasalahannya. Pendekatan ini, mengajak individu untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Sedangkan dengan menggunakaan teknik Developing Balanced Thinking bisa menghentikan “siklus suasana hati negatif” jika konseli memiliki pemikiran yang negatif akan menimbulkan emosi, pikiran, tindakan yang negatif pula. Begitu sebaliknya. Teknik Developing Balanced Thinking ini pemikiran yang negatif dapat diganti dengan pikiran yang seimbang.

 PEMBAHASAN

  1. Situasi

Selama proses layanan konseling individu berlangsung aktif mengungkapkan perasaannya dalam kegiatan konseling. Kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang direncanakan yaitu konseli mampu mengetahui penyebab tidak masuk sekolah, mengatur waktu antara bekerja dan sekolah, yang terakhir konseli ada minat untuk sekolah. Konseling individu ini mampu membantu konseli mengetahui penyebab sering tidak masuk sekolah karena konseli lebih memilih bekerja jika dibandingkan sekolah. Menghentikan pemikiran yang negatif ada pada pikiran konseli merasa bapaknya tidak perhatian kepada konseli, jarang memberi kasih sayang yang lebih, jarang memberi uang kepada konseli. Hal ini ternyata disebabkan kurang adanya komunikasi yang kuat antara konseli dengan orangtua. Sehingga menimbulkan pemikiran negatif pada konseli. Dengan teknik ini juga bisa menghentikan pemikiran yang negatif dengan cara membangun hubungan dan meningkatkan perasaan tenang. Konseli memiliki pandangan bahwa sekolah harus lebih dipentingkan karena sekolah itu masa depan konseli.

  1. Tantangan

Tantangan yang dihadapi dalam proses konseling individu adalah

  1. Konseli merasa kebingungan pada saat pengambilan keputusan.
  2. Pada saat awal kegiatan ada banyak suara yang masuk sehingga sedikit mengganggu konsentrasi konselor dalam proses konseling.
  3. Ada beberapa tahap yaitu tahap pertengahan dan akhir kegiatan konseli menjadi tidak fokus karena mengantuk, bekerja sampai larut malam
  1. Aksi

Langkah-langkah dan strategi yang dilakukan untuk menghadapi tantangan di atas adalah

  1. Saat konseli merasa kebingungan dalam pengambilan keputusan, konselor mencoba membantu konseli dengan cara mengingatkan kembali proses kegiatan konseling baik pada pertemuan 1 dan ke 2 sehingga konseli tidak mengalami kesulitan lagi

Menurut Rahmiwati, dkk. (2020: hal. 34-35) dalam pelaksanaan pelayanan konseling individu diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan sehingga dapat mengambil keputusan. Dalam hal ini konselor memiliki peran untuk memberikan informasi dan pengarahan kepada individu yang itu semua sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Konseli diarahkan oleh tujuannya dan konselor memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

  1. Untuk mengatasi kendala banyak suara yang mengganggu saat proses layanan dengan cara mengkondisikan agar konseling bisa berjalan dengan baik, tetap memfokuskan pikiran dan pandangan konseli setiap tahap konseling.
  2. Saat konseli tidak fokus karena mengantuk, konselor mencoba memberi semangat dengan pertanyaan yang mudah ditangkap oleh konseli serta motivasi.
  3. Konselor menjadi sahabat sehingga membuat konseli nyaman dan terbuka dalam menyampaikan permasalahannya dalam layanan konseling individu

Menurut Namora dan Hasnida (2016: 30) konselor berperan sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk tetap menjaga dan memelihara hubungan yang baik dengan konseli. Selain itu, konselor harus dapat menumbuhkan dan memelihara suasana yang kondusif. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan dan kemampuan konselor dalam memberi dukungan, semangat, perlindungan, kehangatan, penerimaan, ketulusan dan perhatian.

  1. Refleksi

Berdasarkan aksi terhadap langkah-langkah dan strategi yang dilakukan berdampak positif memberi kemudahan dalam proses konseling individu. Konseli menjadi tidak kesulitan lagi dalam membuat keputusan pada akhir proses konseling. Konseli tetap terfokus walaupun ada beberapa suara yang mengganggu dalam proses konseling. Konseli terbuka dalam mengutarakan permasalahan yang dialami.

Faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan.

  1. Dorongan dan motivasi yang diberikan konselor kepada konseli sehingga menjadi lebih termotivasi dan tidak bingung
  2. Konselor yang berupaya memberi pertanyaan yang mudah dipahami oleh konseli sehingga sedikit memudahkan konseli dalam pengambilan keputusan
  3. Memberi kehangatan dan selalu menjaga hubungan yang baik dengan konseli

 

Ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan

  1. Konseli kurang bisa menceritakan permasalahan secara detail
  2. Masih terjadi sedikit kebingungan dalam diri konseli dalam pengambilan keputusan
  3. Kurang adanya interaksi konseli kepada konselor dikarenakan kondisi konseli yang sedang mengatuk. Hal ini tampak dari Bahasa non verbal yang ditunjukkan pada konseli terlebih saat proses pengambilan keputusan dan akhir konseling.

 KESIMPULAN

Berdasarkan dari layanan konseling individu yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut yaitu:

  1. konseli akan lebih terbuka dan aktif jika terjalin hubungan yang baik antara konseli dan konselor baik sebelum proses kegiatan maupun saat kegiatan konseling individu berjalan.
  2. Konselor selalu memberikan penguatan dan motivasi setiap tahap kegiatan layanan berlangsung.
  3. Konselor harus peka akan kondisi konseli terutama saat proses kegiatan konseling karena hal ini sangat penting. Jika konseli dalam keadaan yang tidak sesuai diinginkan terutama dalam hal negatif konselor mampu memberi dukungan, kehangatan, dorongan agar konseli mampu mengikuti kegiatan dengan efektif.
  4. Konselor selalu mengembangkan dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi terkini dan memberikan layanan yang lebih menyenangkan.
  5. Evaluasi dari proses layanan konseling individu ini adalah seorang konselor harus mempunyai sifat yang selalu ingin tahu dalam membantu permasalahan yang dialami konseli apapun yang menjadi tantangannya.

 DAFTAR PUSTAKA

Ayu Ariskha, Setya. 2015. Pengaruh Penghasilan Orangtua Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Dharma Lestari Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. Salatiga: Agus Hasan.

Marsinun, Rahmiwati, dkk. 2020. Bimbingan dan Konseling Sosial. Surabaya: Pustaka Aksara.

Lubis, Namora Lumongga & Hasnida. 2016. Konseling Kelompok. Jakarta: Kencana.

Share: