Disable Preloader

Berita

By Catur Hendratmojo, S.Pd

Pendidikan lanjutan ke tingkat perguruan tinggi merupakan pendidikan formal untuk membentuk keterampilan khusus pada bidang tertentu. Melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akan mematangkan peserta didik dalam memperoleh ilmu, berperilaku, dan cara berfikir. Melalui perguruan tinggi peserta didik akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan potensi diri serta dapat memasuki dunia kerja dan dunia usaha dari berbagai macam sektor. Meskipun demikian terjadi perbedaan yang signifikan cara belajar di sekolah dengan perguruan tinggi, sehingga menimbulkan masalah di awal terutama yang berkaitan dengan penyesuaian diri. Hal ini didasarkan pada analisis Pohan dan Siregar (2020) bahwa penyesuaian diri menjadi salah satu masalah global yang dihadapi oleh seluruh mahasiswa baru. Banyak faktor yang menyebabkan peserta didik tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki mempengaruhi minat peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Keyakinan yang didasarkan atas kesadaran diri akan mendorong untuk melanjutkan studi atau tidak (Ormrod, 2008

Faktor yang mempengaruhi minat peserta didik untuk melanjutkan studi meliputi motivasi, inteligensi, dan sikap (Syah, 2012). Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dapat membuat individu memutuskan untuk melakukan sesuatu atau tidak. Keyakinan diri itu didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau kombinasi empat faktor, yaitu pengalaman-pengalaman penugasan, pedoman sosial, persuasi sosial, kondisi fisik, dan emosi (Feist & Feist, 2008). Hal tersebut menggambarkan peserta didik perlu informasi dan berbagai pengalaman untuk menumbuhkan minat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kurangnya minat peserta didik melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi disebabkan oleh kurangnya informasi tentang perguruan tinggi dan dunia kerja, rendahnya tingkat ekonomi keluarga sehingga menuntut peserta didik untuk segera bekerja dalam membantu perekonomian keluarga, atau peserta didik yang tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat yang pendidikannya rendah. Selain itu peserta didik juga dihadapkan dengan sejumlah pilihan dan permasalahan tentang rencana karier. Kesadaran diri peserta didik tentang pentingnya pendidikan, nilai, dan harapan pada hasil yang akan dicapai dalam kegiatan belajar juga rendah. Jika informasi yang diperoleh peserta didik tentang perguruan tinggi lengkap dan jelas, serta yakin akan kemampuan yang dimiliki maka peserta didik akan berusaha dengan sungguh-sungguh mempersiapkan diri mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi.

Persiapan yang dilakukan peserta didik dapat dilakukan semenjak memasuki sekolah menengah. Persiapan peserta didik memasuki perguruan tinggi mencakup 4 aspek, yaitu persiapan dari bidang pribadi, belajar, sosial, dan karier (Prayitno, dkk, 1997). Pada bidang pribadi peserta didik mempersiapkan fisik dan motivasi untuk melakukan segala upaya pencapaian tujuan. Pada bidang belajar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara terstruktur dan mandiri. Pada bidang sosial peserta didik melakukan konsultasi dengan pihak-pihak terkait. Pada bidang karier peserta didik mencari informasi tentang perguruan tinggi dan mengikuti program persiapan memasuki perguruan tinggi melalui pelayanan konseling. Disini pelayanan konseling memiliki peran penting dalam persiapan peserta didik mencapai tugas perkembangan karier. Konselor dapat memberikan layanan informasi, peminatan dan perencanaan karier, literasi, dan berbagai macam kegiatan seperti carier day untuk membantu peserta didik menghadapi tantangan dalam memasuki perguruan tinggi

Konselor merupakan guru yang bertugas membimbing peserta didik agar potensi yang ada pada diri individu mampu tumbuh dan berkembang. Pelayanan BK bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan potensial yang dimiliki, mengenali diri sendiri dan mengatasi persoalan-persoalan sehingga ia mampu menentukan jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain (Rahma, 2003). Misalnya memotivasi peserta didik untuk masuk perguruan tinggi.

Konselor memberikan pelayanan agar peserta didik memperoleh penyesuaian diri, pemahaman tentang dunia kerja dan pada akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karier. Peserta didik juga akan menemui berbagai hambatan dalam persiapan memasuki perguruan tinggi seperti pada hasil penelitian yang dipaparkan sebelumnya. Melalui pelayanan BK peserta didik dilatih untuk menentukan tantangan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut (Septiana, 2011).

Tantangan dalam persiapan memasuki perguruan tinggi umumnya terkait dengan status sosial ekonomi keluarga. Masalah kondisi sosial ekonomi dan harapan masa depan anak dari orangtua pada akhirnya akan menimbulkan masalah bagi peserta didik untuk menentukan alternatif pilihan terhadap kelanjutan pendidikannya. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung tidak memiliki minat untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi dan memilih untuk langsung mencari pekerjaan. Tingkat pendidikan orangtua juga akan menentukan cara orangtua dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam hal pendidikan. Selain itu, peserta didik mempunyai kecenderungan membentuk kelompok dan melakukan kegiatan kelompok dengan teman-teman sebaya yang dekat dengannya. Jika peserta didik berada pada kelompok yang berupaya melakukan kegiatan persiapan masuk perguruan tinggi maka ia juga akan cenderung melakukan kegiatan yang sama (Suciningrum & Rahayu, 2015).

Minat menjadi salah satu faktor individu melakukan atau memutuskan sesuatu. Kecocokan individu dengan lingkungan menunjukkan kinerja akademik dan kecocokan minat adalah konstruksi kunci untuk memahami perilaku (Allen & Robbins, 2008; Ramadhani, dkk., 2020).

Selain itu, ada 7 faktor yang memengaruhi minat siswa SMK melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, yaitu: a) faktor potensi diri, b) faktor motivasi, c) faktor ekspektasi masa depan, d) faktor peluang, e) faktor lingkungan sosial, f) faktor situasi dan kondisi, dan g) faktor institusional yang mewakili variabel sekolah dengan indikator kurikulum (Indriyanti, Siswandari, & Ivada, 2013).

Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan peserta didik akan menarik perhatiannya dan mereka akan bersungguh-sungguh dalam persiapan masuk perguruan tinggi. Peserta didik perlu daya penggerak yang menimbulkan kegiatan belajar, disertai usaha-usaha dan cara-cara untuk meningkatkan pemahaman suatu mata pelajaran sehingga keinginan memasuki perguruan tinggi dapat tercapai. Peserta didik perlu mempunyai keterampilan memanajemen diri agar waktu yang tersedia dapat digunakan semaksimal mungkin untuk melakukan persiapan memasuki perguruan tinggi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengenali potensi diri, menetapkan tujuan yang ingin dicapai, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mencapai tujuan, mengelola perasaaan dan tindakan serta melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan dan memahami hasil yang diper oleh dari tindakan yang dilakukan (Dewi & Syukur, 2020).

Orangtua juga harus memantau dan membimbing peserta didik dalam belajar. Orangtua juga diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatannya dengan bekerja lebih giat sehingga dapat lebih memperhatikan kebutuhan peserta didik seperti memberikan fasilitas, sarana prasarana belajar dan mempersiapkan tabungan khusus untuk pendidikan peserta didik. Selain itu juga dapat dilakukan konseling keluarga yang merupakan proses pelatihan terhadap orangtua dengan mengendalikan perilaku yang positif dan membantu anggota keluarga untuk berperilaku yang dikehendaki (Suhartiwi, Neviyarni, & Syukur, 2019). Melalui konseling keluarga orangtua mendapat bimbingan bahwa peserta didik yang dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi merupakan kesempatan yang sangat berharga.

Pihak sekolah hendaknya juga menjalin hubungan yang baik dengan perguruan-perguruan tinggi agar dapat memfasilitasi setiap peserta didik untuk mencari berbagai informasi tentang perguruan tinggi, dan bekerja sama dengan perguruan tinggi tersebut agar menyediakan program beasiswa bagi lulusan peserta didik yang kurang mampu tapi memiliki semangat belajar untuk dapat terus melanjutkan studinya hingga ke perguruan tinggi (Rini, 2012).

Layanan bimbingan karier lainnya juga dapat dilakukan melalui website atau portal yang didesain khusus untuk mengakses informasi tentang wawasan karier. Peserta didik dapat mengakses informasi tentang jenis-jenis pekerjaan, jabatan, instansi, prospek kerja serta hal yang harus dipersiapkan untuk memilih jenjang pendidikan selanjutnya. Melalui portal tersebut juga dapat disediakan asesmen online untuk mengukur potensi diri peserta didik serta menentukan arah kariernya.

Berdasarkan hal tersebut, sangat dibutuhkan peran dan kerja sama antara pihak sekolah dan orangtua dalam membantu mempersiapkan peserta didik untuk memasuki perguruan tinggi

Peserta didik dapat melakukan berbagai persiapan dalam memasuki perguruan tinggi, khususnya dalam kegiatan belajar. Peserta didik dapat melakukan konsultasi dengan konselor untuk mencari informasi tentang pendidikan lanjutan dan mengatasi hambatan yang ditemukan dalam persiapan memasuki perguruan tinggi. Konselor perlu meningkatkan pelayanan BK di bidang pengembangan karier dengan melaksanakan layanan yang bervariasi serta memanfaatkan sarana teknologi dalam pengembangan informasi.

 

 

Website Universitas PGRI Madiun (url : https://unipma.ac.id)

Website Pendidikan Profesi Guru Universitas PGRI Madiun (url : https://ppg.unipma.ac.id)

Website Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Madiun (url : https://fkip.unipma.ac.id)

Website Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas PGRI Madiun (url : https://pmb.unipma.ac.id)

Sistem Informasi Manajemen Universitas PGRI Madiun (url : https://sim.unipma.ac.id)

Laman Akreditasi Universitas PGRI Madiun (url : https://akreditasi.unipma.ac.id)

Share: